Senin, 03 Desember 2012

Calon )* Nyapres


Keinginan Rhoma menjadi capres tak lebih karena tidak suka dengan etnis China

Apakah kesediaan Rhoma Irama maju sebagai salah satu capres 2014 itu adalah suatu keseriusan, ataukan suatu dagelan politik di akhir tahun? Indikasinya bisa dilihat di percakapan Najwa Shihab sebagai host acara itu dengan dengan salah satu tamu utamanya itu: Rhoma Irama.

Menurut Rhoma keputusannya untuk bersedia maju s

ebagai capres 2014 itu karena ada faktor desakan dari sejumlah politisi dan umat, serta ada faktor keterpanggilan dari dalam dirinya untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia, yang saat ini semakin jauh dari tujuan reformasi. Memperjuangkan dan memperbaiki nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tetapi dalam pernyataan-pernyataan selanjutnya apa yang disampaikan di awal pembicaraan tersebut sangat jauh bertolak belakang. “Visi dan misi” capres Rhoma Irama ini justru sangat berbahaya bagi persatuan dan keadilan sosial bangsa ini. Sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Rasialis/SARA dengan nuansa sektarianisme yang kental. Bertentangan pula dengan semangat reformasi.

Apakah Rhoma Irama merasa punya kualifikasi untuk menjadi seorang presiden?

Dengan penuh keyakinan, Rhoma menjawab dia yakin akan hal itu. Dasarnya bahwa selama 40 tahun sebenarnya dia sudah melakukan langkah-langkah tersebut melalu lagu-lagu yang dinyanyikan dan melalui tablik-tablik akbar di seluruh Indonesia. Dia sudah terbiasa untuk mengarah bangsa ini, mengarahkan umat.

Apa dasar pemikirannya yang mengkorelasikan menjadi penyanyi (dangdut) selama 40 tahun dan tablik-tablik akbar dengan kualisifikasi untuk menjadi seorang presiden di NKRI ini?

Rhoma hanya menjelaskan perbedaan antara pemimpin yang formal dan pemimpin yang nonformal. Tokoh agama, tokoh masyarakat adalah pemipin nonformal, sedangkan birokrat adalah pemimpin yang formal. Anda melihat korelasinya?

Seberapa besar desakan dari “beliau-beliau” yang menurut Rhoma Irama sebagai representasi dari umat, supaya dirinya maju sebagai capres 2014?

Menurut Rhoma desakan tersebut bermula dari kondisi politik yang baru saja terjadi di Jakarta, yang ektrem, telah membuat dia dianggap sebagai ikon Islam di Indonesia oleh tokoh-tokoh umat Islam itu. Mereka bilang, “Oleh karena itu anda harus maju (sebagai capres) untuk membawa aspirasi umat Islam sebagai mayoritas bangsa ini!”

Apa yang dimaksud dengan situasi politik di Jakarta ekstrem dan tidak biasa itu?

Awalnya Rhoma menghindar untuk menjawabnya, tetapi setelah didesak dia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan situasi ektrem di Jakarta itu adalah soal pilkada gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dan hasilnya baru-baru ini. Yakni, adanya satu etnis yang tidak biasa menjadi birokrat, kini menjadi birokrat.

“Anda mengacu kepada Basuki Tjahaja Purnama yang saat ini menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta?” Tanya Najwa Shibab.

“Ya, saya rasa, memang seperti itu,” jawab Rhoma.

Situasi ekstrem yang bagaimana?

Rhoma menjawab, saat ini telah terjadi kegelisahan dan kecemasan umat Islam terhadap terpilihnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Wakil Gubernur Jakarta.

“Kebetulan saya berada di dalam pusaran ini. Dengan diadilinya saya di Panwaslu, umat telah menilai bahwa ini telah mengadili agama, mengadili Al-Quran.”

Najwa: “Jadi, anda merasa sebagai representasi umat Islam? Bahkan anda merasa representasi dari orang yang diadili karena kasus yang kemarin mengucapkan kampanye SARA?”

Rhoma: “Barangkali bukan itu ucapannya. Bukan saya yang merasakan. Beliau-beliau yang mengatakan hal itu.”

Najwa: “Dan, anda menyetujuinya?”

Rhoma: “Kenapa?”

Najwa: “Anda sependapat dengan apa yang diucapkan oleh beliau-beliau yang tadi anda sebut?”

Rhoma: “Hmmm, saya rasa, saya tidak dalam kapasitas itu, ya.”

Najwa terus mendesak dengan mengatakan, “Dengan anda mengutarakan hal ini berarti anda menyetujui perkataan mereka?”

Akhirnya Rhoma tidak bisa mengelak lagi, dengan menjawab: “Oke, saya setuju!”

Rhoma mengatakan, ada kekhawatiran anak bangsa, umat Islam saat ini akan peran etnis tertentu (etnis Cina) yang semakin agresif dalam dunia politik Indonesia. Selama ini mereka telah mengdominasi di bidang ekonomi. Sekarang mereka, mulai masuk lagi ke bidang politik. Ini mencemaskan dan mengelisahkan umat Islam.

“Ada suatu kelompok etnis, yang secara ekonomi sudah sangat mengdominir perekonomian Indonesia. Dan, kali ini secara politik mereka juga mulai agresif. Nah, inilah yang mencemaskan anak bangsa, khususnya umat Islam. Karena melihat situasi politik sudah mulai tidak proporsional. Dan, ini juga mengacu pada demokrasi ini terlalu dini untuk mencapai demokrasi liberal seperti di Amerika.”

Dari argumen-argumen Rhoma Irama yang sangat kental rasialis/SARA, dan bahkan cenderung sektarian tersebut, jelaslah bahwa meskipun Rhoma mengatakan akan memperjuangkan Pancasila dan UUD 1945, dalam kenyataannya wawasannya sangat bertolak belakang dengan semangat kemajemukan bangsa ini, bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 itu, yang menjamin kesamaan hak dan kewajiban semua WNI tanpa memandang etnis apapun dia, dan agama apapun dia.

Dan ketika ditanya tentang masalah umum negara, dari masalah subsidi BMM,pembubaran BP Migas Rhoma Irama tidak bisa menjawab cenderung mengeles “untuk jadi presiden tidak perlu harus menjadi superman yang mengerti semuanya,”

gmana warga tentang pencalonan Rhoam sebagai capres?monggo dishare

Tidak ada komentar:

Posting Komentar