Syarat Maksiat
Maksiat…?! Boleh-boleh aja..Asalll….!!!Penuhi dulu syaratnya…!
Suatu ketika seorang lelaki mendatangi Ibrohim bin Ad-ham… ia
mengatakan: “Wahai Abu Ishaq (panggilan kesayangan Ibrohim)! Sungguh,
aku ini orang yang terlalu menuruti hawa nafsuku, maka ku mohon berikan
aku nasihat yang dapat mencegah dan menyelamatkan hatiku!
Maka
Ibrohim mengatakan: “Jika kamu setuju dan mampu menerapkan lima perkara
ini, maka kemaksiatan tidak lagi membahayakanmu, dan kenikmatan tidak
lagi menjerumuskanmu”.
Lelaki itu mengatakan: “Wahai Abu Ishaq, Sebutkanlah lima perkara itu!”
Ibrohim mengatakan: “Yang pertama: Jika kamu ingin melakukan maksiat
kepada Alloh azza wajall, maka janganlah makan dari rizki-Nya!”
Maka lelaki itu mengatakan: “Lantas dari mana aku akan makan, sedang semua yang ada di bumi ini termasuk rizki-Nya?!”
Ibrohim menimpali: “Jika demikian, Apakah pantas kamu makan dari rizki-Nya, lalu kamu melakukan maksiat pada-Nya?!”
Lelaki itu mengatakan: “Tentunya tidak… Sebutkanlah yang kedua!”
Ibrohim mengatakan: “Jika kamu ingin bermaksiat pada-Nya, maka jangan menempati negeri milik-Nya!”
Maka lelaki itu mengatakan: “Ini malah lebih berat dari yang pertama…
Jika semua negeri dari timur sampai barat itu milik-Nya, lantas dimana
aku akan bertempat?!”
Ibrohim menimpali: “Jika demikian, Apakah
pantas kamu makan dari rizki-Nya dan menempati negeri milik-Nya, lalu
kamu melakukan maksiat pada-Nya?!”
Lelaki itu mengatakan: “Tentunya tidak… Sebutkanlah yang ketiga!”
Ibrohim mengatakan: “Jika kamu ingin bermaksiat pada-Nya, sedang kamu
mendapat rizki dari-Nya dan menempati negeri milik-Nya, maka carilah
tempat yang tidak bisa terlihat oleh-Nya, lalu lakukanlah maksiat di
tempat itu!”
Maka lelaki itu mengatakan: “Wahai Ibrohim, bagaimana ini mungkin, sedang Dia bisa melihat apapun yang tersembunyi?!”
Ibrohim menimpali: “Jika demikian, apakah pantas kamu makan dari
rizki-Nya, dan menempati negeri milik-Nya, kemudian kamu melakukan
maksiat kepada-Nya padahal Dia melihatmu dan semua gerak-gerikmu?!”.
Lelaki itu menjawab: “Tentunya tidak… Sebutkanlah yang keempat!”
Ibrohim mengatakan: “Jika nanti datang Malaikat Kematian untuk mencabut
nyawamu, maka katakan padanya: ‘Tanggguhkanlah kematianku, sehingga aku
bisa menjalani taubat nasuha dan melakukan amalan-amalan yang baik’!”
Maka lelaki itu mengatakan: “Ia takkan menuruti permintaanku”
Ibrohim menimpali: “Jika kamu tidak mampu menolak kematian untuk
bertaubat, dan kamu tahu bahwa jika datang kematian maka tidak mungkin
lagi ditangguhkan, lantas bagaimana kamu akan menyelamatkan diri?!”
Lelaki itu mengatakan: “Sebutkanlah yang kelima!”
Ibrohim mengatakan: “Jika Malaikat Zabaniyah nanti datang untuk menggiringmu ke Neraka, maka jangan mau pergi bersamanya!”
Lelaki itu mengatakan: “Mereka tidak akan membiarkan dan mendengarkan ucapanku”
Ibrohim menimpali: “Lantas bagaimana kamu mengharapkan keselamatan?!”
Maka lelaki itu mengatakan: “Wahai Ibrohim, cukup… cukup… Aku sekarang mohon ampun dan bertaubat kepada-Nya”
Akhirnya lelaki itu selalu menemani Ibrohim dalam ibadah, hingga kematian memisahkan keduanya…
(Diterjemahkan oleh: Abu Abdillah Addariny, dari Kitab at-Tawwaabiin, karya al-Muwaffaq Ibnu Qudamah al-Maqdisi, hal: 285-286)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar