Minggu, 09 Oktober 2011

Mengandalkan amal ibadah menjadikan kurang harap kepada Allah


1.   Min alamatil I’timaadi ‘alal ‘amali nuqshaanurrajaa-I ‘inda wujuudil zalali ( Termasuk tanda-tanda seseorang berpegangan / mengandalkan amal ibadahnya adalah kurangnya rasa harap akan rahmat Allah ketika ia tergelincir melakukan perbuatan dosa). Berpegangan atau mengandalkan pertolongan Allah merupakan sifat arifuun yang ahli mengesakan Tuhan. Dan berpegangan / mengandalkan kepada selain Allah adalah sifat orang yang lalai dan bodoh, apa saja yang termasuk selain Allah hingga berpegangan kepada ilmunya, dan amalnya, dan ahwalnya. Iadapun ahli ma’rifat yang selalu mengesakan Tuhan, sesungguhnya mereka berada dalam kondisi kelapangan dalam kedekatannya dengan Allah dan musyahadahnya. Mereka selalu menatap / bertawajuh kepada Tuhannya dan mereka fana dari diri mereka sendiri. Oleh karena itu apabila mereka tergelincir dalam dosa atau mereka lalai, maka mereka selalu melihat akan peran dan campur tangan Tuhan terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, dan mereka melihat mengalirnya qadha Allah kepada mereka.

Demikian juga apabila mereka dapat melakukan keta’atan kepada Allah maka mereka tidak melihat segalanya merupakan hasil dari usahanya sendiri, demikian juga mereka tidak melihat adanya kekuatan dirinya dalam melakukan keta’atan, kerana yang terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka adalah dzikir atau ingat kepadaTuhannya, oleh karena itu dirinya tenang di dalam alirang taqdirNya dan hatinya juga tenang terhadap apa saja yang terlintas kepadanya dari pancaran cahayaNya. Oleh karena itu tiada beda dari dua keadaan yang dialaminya –yaitu ketika ta’at dan ketika tergelincir dalam dosa-, karena sesungguhnya mereka telah tenggelam di dalam lautan tauhid . Maka dari itu sama saja bagi mereka antara  rasa takut / khauf dan harap / raja’ . oleh karena itu tidaklah mengurangi rasa takut mereka meskipun mereka telah berhasil menjauhi kemaksiyatan. Juga tidak menambahi dari harap mereka dengan amal kebaikan yang telah mereka lakukan.

Dikatakan, “Orang ‘arif tegak berdiri kokoh dengan pertolongan Allah. Sungguh Allah telah menjaga urusan mereka. Apabila tampak keta’atan dari mereka, maka mereka tidak mengharapkan pahala karena mereka tidak melihat dirinya yang melakukan amal keta’atan. Demikian pula apabila terjadi perbuatan dosa, maka mereka tiada melihat selain kepada ALlah yang mengalirkan taqdirNya. Maka hatinya menjadi tenang dengan Allah dan penglihatannya kepadaNya dan takut akan kebesaranNya serta harapannya kepadaNya.

Adapun selain mereka, maka mereka menisbatkan kepada dirinya sendiri akan amal, perbuatan, dan mereka mengambil bagian dari segala amal mereka. Oleh karena itu mereka berpegangan kepada amal mereka dan hatinya merasa tenang akan hal keadaan mereka. Kemudian apabila mereka tergelincir pada perbuatan dosa, maka akan berkuranglah harap/raja’ mereka akan rahmat ampunan dan pertolongan Allah sebagaimana mereka ketika melakukan ta’at maka mereka menjadikannya sebagai andalan dan pegangan yang mereka anggap dapat menyelamatkan. Akhirnya mereka tidak sadar telah bergantung kepada asbab dan terhijab dari Tuhaninya. Oleh karena itu barang siapa yang mendapati tanda dari keadaan yang demikian ini, naka sudah seharusnyalah ia mengetahui posisi dan kedudukannya sehingga tidak mendakwakan diri sebagai bagian dari golongan khos / orang-orang pilihan yang ahli dekat dengan Allah. Dan posisi mereka sesungguhnya masih pada golongan Ashabil Yamiin.

Telah berkata Sayikh Abu Abdurrahman As-Sulamy dan AL-Hafidz Abu Na’im Al-ishfahaany dari Yusuf bin AL-Husain Ar-Razy RA, “sebagian orang datang kepadaku dan berkata kepadaku,’Janganlah sekali-kali engkau melihat keinginanmu dalam semua amalmu kecuali engkau bertaubat karenanya’. Maka aku jawab, “Jika taubat dapat menyelamatkan diriku, maka tidak aku ijinkan ia membuatku merasa aman dari Tuhanku. Jika kejujuran dan keikhlasan keduanya menjadi hambaku, niscaya aku jual keduanya sebagai kezuhudanku dari keduanya. Karena sesunguhnya jika diriku di sisi Allah ditentukan olehNya sebagai orqang yang beruntung dan diterima amalnya, maka tidaklah mengkhawatirkan diriku segala bentuk dosa dan kesalahan. Dan jika diriku disisiNya dikehendaki sebagai orang yang celaka, maka tidaklah akan menyelamatkanku semua amal, kesungguhan dan keikhlasanku. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai manusia yang tanpa amal apapun demikian pula penolong yang menyelamatkanku dariNya. Kemudian Ia menunjukkanku kepada agamaNya yang diridhoiNya dengan firmanNya Barang siapa yang mengambil agama selain agama Islam maka tidak akan diterima dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi oleh karena itu peganganku kepada kemurahanNya dan belas kasihNya lebih utama bagiku daripada peganganku kepada amalku dan sifatku yang tidak sempurna. Karena sesungguhnya membandingkan kemurahan Allah dan kasih sayangNya dengan amal dan perbuatan kita adalah disebabkan kekurang tahuan kuta akan kemurahan Allah dan kebaikanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar