1. Min alamatil I’timaadi ‘alal ‘amali nuqshaanurrajaa-I ‘inda wujuudil zalali
( Termasuk tanda-tanda seseorang berpegangan /
mengandalkan amal ibadahnya adalah kurangnya rasa harap akan rahmat Allah ketika
ia tergelincir melakukan
perbuatan dosa). Berpegangan atau mengandalkan pertolongan Allah
merupakan sifat arifuun yang
ahli mengesakan Tuhan. Dan berpegangan / mengandalkan kepada selain Allah
adalah sifat orang yang lalai dan bodoh, apa saja yang termasuk selain Allah
hingga berpegangan kepada ilmunya,
dan amalnya, dan ahwalnya. Iadapun
ahli ma’rifat
yang selalu mengesakan Tuhan, sesungguhnya mereka berada dalam kondisi
kelapangan dalam kedekatannya dengan Allah dan musyahadahnya. Mereka selalu menatap / bertawajuh
kepada Tuhannya dan mereka fana
dari diri mereka sendiri. Oleh karena itu apabila mereka tergelincir dalam dosa
atau mereka lalai,
maka mereka selalu melihat akan peran dan campur tangan Tuhan terhadap segala
sesuatu yang terjadi pada dirinya, dan mereka melihat mengalirnya qadha Allah kepada mereka.
Demikian juga apabila mereka dapat melakukan keta’atan
kepada Allah maka mereka tidak melihat segalanya merupakan hasil dari usahanya
sendiri, demikian juga mereka tidak melihat adanya kekuatan dirinya dalam
melakukan keta’atan, kerana yang terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka
adalah dzikir
atau ingat kepadaTuhannya, oleh karena itu dirinya tenang di dalam alirang taqdirNya dan hatinya juga
tenang terhadap apa saja yang terlintas kepadanya dari pancaran cahayaNya. Oleh
karena itu tiada beda dari dua keadaan yang dialaminya –yaitu ketika ta’at dan
ketika tergelincir dalam dosa-, karena sesungguhnya mereka telah tenggelam di
dalam lautan tauhid .
Maka dari itu sama saja bagi mereka antara rasa takut / khauf dan harap / raja’ . oleh karena itu
tidaklah mengurangi rasa takut mereka meskipun mereka telah berhasil menjauhi
kemaksiyatan. Juga tidak menambahi dari harap mereka dengan amal kebaikan yang
telah mereka lakukan.
Dikatakan, “Orang ‘arif
tegak berdiri kokoh dengan pertolongan Allah. Sungguh Allah telah
menjaga urusan mereka. Apabila tampak keta’atan dari mereka, maka mereka tidak
mengharapkan pahala karena mereka tidak melihat dirinya yang melakukan amal
keta’atan. Demikian pula apabila terjadi perbuatan dosa, maka mereka tiada
melihat selain kepada ALlah yang mengalirkan taqdirNya. Maka hatinya menjadi
tenang dengan Allah dan penglihatannya kepadaNya dan takut akan kebesaranNya
serta harapannya kepadaNya.
Adapun selain mereka, maka mereka menisbatkan kepada
dirinya sendiri akan amal, perbuatan, dan mereka mengambil bagian dari segala
amal mereka. Oleh karena itu mereka berpegangan kepada amal mereka dan hatinya
merasa tenang akan hal keadaan mereka. Kemudian apabila mereka tergelincir pada
perbuatan dosa, maka akan berkuranglah harap/raja’
mereka akan rahmat ampunan dan pertolongan Allah sebagaimana mereka ketika
melakukan ta’at maka mereka menjadikannya sebagai andalan dan pegangan yang
mereka anggap dapat menyelamatkan. Akhirnya mereka tidak sadar telah bergantung
kepada asbab dan
terhijab dari Tuhaninya.
Oleh karena itu barang siapa yang mendapati tanda dari keadaan yang demikian
ini, naka sudah seharusnyalah ia mengetahui posisi dan kedudukannya sehingga
tidak mendakwakan diri sebagai bagian dari golongan khos / orang-orang pilihan yang ahli dekat
dengan Allah. Dan posisi mereka sesungguhnya masih pada golongan Ashabil Yamiin.
Telah berkata Sayikh Abu Abdurrahman As-Sulamy dan
AL-Hafidz Abu Na’im Al-ishfahaany dari Yusuf bin AL-Husain Ar-Razy RA,
“sebagian orang datang kepadaku dan berkata kepadaku,’Janganlah sekali-kali
engkau melihat keinginanmu dalam semua amalmu kecuali engkau bertaubat
karenanya’. Maka aku jawab, “Jika taubat dapat menyelamatkan diriku, maka tidak
aku ijinkan ia membuatku merasa aman dari Tuhanku. Jika kejujuran dan
keikhlasan keduanya menjadi hambaku, niscaya aku jual keduanya sebagai kezuhudanku
dari keduanya. Karena sesunguhnya jika diriku di sisi Allah ditentukan olehNya
sebagai orqang yang beruntung dan diterima amalnya, maka tidaklah
mengkhawatirkan diriku segala bentuk dosa dan kesalahan. Dan jika diriku
disisiNya dikehendaki sebagai orang yang celaka, maka tidaklah akan
menyelamatkanku semua amal, kesungguhan dan keikhlasanku. Dan sesungguhnya
Allah telah menjadikanku sebagai manusia yang tanpa amal apapun demikian pula
penolong yang menyelamatkanku dariNya. Kemudian Ia menunjukkanku kepada
agamaNya yang diridhoiNya dengan firmanNya Barang siapa yang mengambil agama selain agama Islam maka
tidak akan diterima dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi oleh
karena itu peganganku kepada kemurahanNya dan belas kasihNya lebih utama bagiku
daripada peganganku kepada amalku dan sifatku yang tidak sempurna. Karena
sesungguhnya membandingkan kemurahan Allah dan kasih sayangNya dengan amal dan
perbuatan kita adalah disebabkan kekurang tahuan kuta akan kemurahan Allah dan
kebaikanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar