Minggu, 09 Oktober 2011

Syahwat yang halus


2.    Iradatukat tajriid, ma’a iqamatil Laahi iyyaaka fil asbaab minas syahwatil khofiyyah. Wa iraadatukal asbaab ma’a iqamatil Laahi iyyaaka fit tajriid inchithaatu ‘anil himmatil ‘aliyyah (Keinginanmu untuk ber Tajrid / tidak bekerja dan mengandalkan kemurahan Allah  padahal Allah menempatkan kamu pada maqam Asbab / harus bekerja untuk mendapatkan rizki, yang demikian ini termasuh syahwat yang sangat halus dan lembut. Dan keinginanmu untuk berada pada maqam Asbab padahal Allah menempatkan dirimu pada maqam tajrid , maka yang demikian ini adalah terjatuh dari himmah yang tinggi).

Yang dimaksud asbab adalah aktifitas yang menyebabkan seseorang mendapatken sesuatu dari harta dunia misalnya bekerja untuk mendapatkan rizki untuk menafkahi diri sendiri maupun keluarga. sedangkan yang dimaksud Tajrid adalah ketidak adanya aktifitas tersebut/ berusaha mendapatkan rizki dikarenakan sudah kuat tawakalnya kepada Allah yang telah menjamin rizki semua makhluk. Oleh karena itu barang siapa yang ditempatkan Allah ada maqam asbab kemudian ia ingin keluar dan berpindah ke maqam tajrid maka yang demikian ini adalah termasuk syahwat yang sangat halus dan lembut yang terkadang orang tidak menyadari bahwa dorongan tersebut berasal dari hawa nafsu. Dan dinamakan syahwat adalah dikarenakan oleh tidak adanya kerelaan hati terhadap apa yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala kepadanya sedangkan yang ia kehendaki berlawanan dengan kehendakNya. Dan dinamakan syahwat yang halus atau lembut adalah karena ia tidak bermaksud dengan keinginannya tersebut untuk mendapatkan balasan dunia, akan tetapi sebenarnya yang ia maksudkan adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi dengan keinginannya untuk berpindah dari apa yang telah Allah tetapkan baginya adalah termasuk menguraangi adab atau tata krama antara dia dengan Tuhannya, dan juga penilikannya kepada maqam yang tinggi padahal belum sampai waktunya baginya.

Adapun tanda-tanda seseorang ditemaptkan Allah pada maqam asbab apabila ia tetap tetap tenang dengan bekerja dan menghasilkan rizki untuk bekal beribadah kepada Allah, sementara disela-sela kesibukannya mencari rizki, ia memperoleh kebaikan yang banyak dalam urusan agamanya demikian pula memperoleh keselamatan agamanya.


Dan tanda-tanda seseorang ditempatkan Allah dalam maqam tajrid adalah tetapnya dia dalam kenikmatan melaksanakan ibadah kepada Allah selama ketajridannya, dan hatinya menjadi semakin bersih dan suci karena tidak tercemar oleh pergaulan maupun mencemari pergaulan. Demikian pula dapat dilihat akan keselamatan hatinya dari pengaruh buruk atau sebaliknya sedangkan dirinya semakin kuat keyakinan dan ketawakalannya kepada Allah. Dan pula tanda seseorang ditempatkan oleh Allah dalam suatu maqam maka Allah akan melanggengkan orang itu dalam keadaan tersebut dan ia mendapatkan apa yang dimaksudkan yaitu beberapa anugerah ilahiyah dan kelezatan beribadah kepada Tuhannya.

Sesungguhnya sebagian  dari kebiasaan musuh (syaithan) adalah bahwasanya ia mendatangimu di tempat di mana Allah memposisikanmu pada tempat/maqam itu. Kemudian ia (syaitan) menjadikan maqam itu terlihat buruk bagimu sehingga engkau menginginkan untuk berpindah dari maqam yang diberikan Allah kepada maqam yang lain. Demikian pula ia selalu membisikkan ajakan ke dalam hatimu dan mengacaukan semua waktumu semisal ia mendatangi ahli asbab (orang yang bekerja). Kemudian ia berkata, ‘seandainya engkau mau meninggalkan bekerja dan engkau mahu berpindah ke maqam tajrid niscaya bersinarlah kepadamu beberapa cahaya / nuur dan akan suci bersihlah hati dan asrarmu.

Padahal hamba ini sebenarnya tidak menghendaki yang demikian / bertajrid . dan pula sebenarnya tidaklah ia mampu untuk berada di maqam tajrid. Akan tetapi yang baik baginya sebenarnya adalah berada di maqam asbab yang kemudian ia tinggalkan untuk berpindah ke maqam tajrid. Dengan kepindahannya itu maka menjadi goyahlah imannya dan hilanglah qana’ahnya serta ia menghadapkan dirinya kepada mengharapkan sesuatu dari makhluq sampai ia mengkhawatirkan urusan rizkinya. Maka tercampaklah ia ke lautan dosa dan sememangnya beginilah maksud dari musuh / syaithan kepadanya. Karena sesungguhnya ia / syaithan mendatanginya dalam rupa seorang penasihat yang baik sebagaimana ia telah datang juga kepada datuk kita Nabi Adam AS sebagaimana yang difirmankan Allah SWT di dalam kitab Al-Qur’aanul Kariim ,”A’udzu biLlaahiminassyaithaanirrajiim BismilLaahirRahmaanirRahiim, Wa qaala maa nahaakumaa rabbukumaa ‘an haadzihissajarat illa an takuuna malakaini au takuunaa minal khaalidiin. Wa qaasamaahumaa innyy lakumaa laminannaashihiin”. Yang artinya “Dan syaithan berkata, ‘Tiadalah Tuhanmu melarang kamu sekalian dari pohon ini, kecuali engkau akan menjadi malaikat karenanya atau engkau akan menjadi kekal (di Dalam surga)’, Dan Iblis bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya aku adalah memberi nasihat kepadamu’.

Demikian pula syaithan mendatangi orang yang mutajarrid (menempuh jalan tajrid) dan berkatalah syaithan  kepada mereka, “Sampai kapan engkau meninggalkan maqam asbab ? apakah engkau tidak mengetahui bahwasanya meningga;kan maqam asbab akan menyebabkan hati menginginkan apa saja yang di tangan manusia, dan dapat membukakan pintu tamak?”. “Jika saja engkau mau memasuki makam asbab maka engkau tiada akan tamak kepada apa yang ada di tangan manusia. Bahkan oeang lain akan menantikan pemberian Allah melalui dirimu”.
Padahal hamba ini ketika masih di maqam tajrid  waktunya sangat indah dipergunakan untuk mengabdi kepada Tuhan, dan bersinarlah nuur di dalam hatinya, dan hatinya menjadi lapang serta senggang karena ia terputus dari makhluk. Demikian terus menerus syaithan membisikinya sehingga berpindahlah ia ke maqam asbab. Maka menjadi keruhlah hatinya, dan kegelapan menyelimuti serta ia kembali pada aqal penempuhan perjalanannya. Oleh karena itu hendaknya kita faham dan selalu memohon pertolongan allah karena barang siapa yang berpegangan teguh kepada allah niscaya ditunjukkannyalah kita kepada jalan yang lurus.

Adapun maksud syaithan dari yang demikian ini adalah untuk menghalangi seorang hamba dari ridha kepada pemberian Allah. Dan tujuan syaithan juga untuk mengeluarkan kita dari pilihan Allah kepada pilihannya.

Kondisi apasaja yang dipilihkan Allah bagi kita, maka Allah akan  selalu menyertai dengan pertolonganNya. Akan tetapi segala sesuatu yang kita pilih untuk keinginan kita sendiri, maka Allah menyerahkan urusannya kepada diri kita. Oelh karena itu katakanlah, “Rabby adkhilny mudkhala shidqin wa akhrijny mukhraja shidqin waj ‘al ly milladunKa Shulthaanannashiira”. “Wahai Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat yang benar, dan keluarkanlah aku ke tempat keluar yang benar, dan jadikanlah penolong untukku dari sisiMu’.
      Yang dimaksud Mudkhala shidqin adalah kondisi yang kita masuki dengan pemilihan Allah tidak dengan pilihan kita sendiri. Demikian pula mukhraja shidqin.

Sebagian dari mereka ahli tasawwuf berkata, “Satu kali aku meninggalkan asbab demikian….demikian….maka kembali lagilah aku ke maqam itu. Kemudian asbab meninggalkanku maka aku tidak lagi kembali kepadanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar