Senin, 05 Maret 2012

Bermata Tapi Tak Bertelinga

Oleh Muhammad Scilta Riska
Suatu ketika pemuda tegar energik sebutlah namanya Umair, di tepi Pulau Bunaken hendak merasai indahnya panaroma bawah laut dengan segala persiapannya. Pulau yang tercantik kerajaan lautnya. Di badannya sudah terbungkus baju penyelam, ditambah nafas oksigen serta kacamata. Tepat melekat dikepalanya. Umair dengan segala persiapan menyelamnya, sudah siap-siap terjun ke dasar laut untuk beberapa jam.
Dengan ucapan, “Bismillah” hushh!!!, melompatlah ia mengarungi samudra pulau ini, tidak hanya menyelam, berenang dengan berbagai gaya bebasnya. Disaat yang sama muncul seorang tak dikenal juga menyelam. Tapi alangkah kagetnya dimeter sepuluh. Juga melakukan hal yang sama, berenang dan meyelam. Meskipun dari dari kejauhan terlihat jelas kedua jarinya melambaikan isyarat yang sulit dimengerti.
Ia takjub orang ini bisa menyelam sampai ke dasar laut tanpa menggunakan apa-apa kecuali sepotong baju dan celana di badannya!!!. Yah betul–betul aneh menyelam tak memakai tabung oksigen, juga baju renang. Dengan apa ia bernafas di kedalaman ini??? Dimeter 20 lagi-lagi, Umair bertemu orang asing tadi. Tetap saja berenang tanpa tabung oksigen. Hanya gerakan tangannya lebih cepat bergerak mengisyaratkan sesuatu yang tak bisa didengar.
Barulah di kedalaman 30 meter Umair mencoba mencari tahu, mendekat, kenapa orang tadi bisa menyelam tanpa alat apapun? Kenapa? Denagn terbata-bata mendekatlah umair berteriak, “kenapa kamu bisa menyelam???” nada suaranya dengan radiasi tinggi. Suara pragmatis orang tadi ternyata bisa juga mendengar sambil berteriak juga, “Saya tenggelam!!!” bukan menyelam!!!”
Yah itulah sekaliber gambaran hidup ini, kita harus sadar akan hakekat kehidupan ini. Tak sekadar bermodal nekat doang. Hidup ini bukan ajang coba-coba karenanya hanya sekali. Butuh sebuah “way of life” belajar bagaimana hidup sesuai TitahNya. Baju renang, oksigen, kacamata dan cara berenang adalah satu paket harga yang tak ditawar lagi.
Hidup adalah samudra yang musti diarungi. Hanya orang-orang yang tahu cara berenang tidak tenggelam akan fitnah gelombang dunia.
Sedari hakekat hidup dengan tidak hanya memakai mata, tetapi juga telinga. Mata bisa saja dibohongi. Dari pada telinga mata hanya bisa melihat yang zhahir saja terbatas pada pemandangan jarak tertentu. Tapi telinga bisa mendengar meskipun tak terlihat oleh mata.
Itulah kadang kita temui orang buta tapi bisa mendengar lebih bijak dari orang bermata dan bertelinga sekalipun. Jangan terlalu mengandalkan mata, karena segala yang anda lihat mungkin bisa menipu. Apa yang kita lihat baik blum tentu juga baik disisi Allah,
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216)
Anda mungkin takjub melihat orang bermegah-megahan dengan dunianya. Mencari harta benda lalu hati membenarkan mata anda. “Ya betul aku juga ingin seperti itu”. Kemudian hati menyuruh otak anda bagaimana cara mendapatkannya dengan cara apapun. Mata mengira itulah kebahagiaan dunia. Ketahuilah apa yang dilihat mata belum tentu didenganr baik-baik oleh telinga. Telinga belum mendengar bagaimana permasalahan, kegelisahan dunia sebenarnya. Atau dalam kebaikan, anda terheran –heran ketika melihat seorang Ustadz bisa memberikan ceramah ditengah banyak orang.
Populer dengan kata hikmahnya. Anda kagum ingin seperti itu juga bisa terkenal. Punya banyak ilmu bisa menarik banyak perhatian. Anda juga ingin seperti mereka. Lalu mengambil jalan yang sama, bahkan tak sedikit mengambil langkah pintas tanpa melalui prosesnya. Mengira semua bisa instant. Sadarilah ulama tadi bisa memberi banyak hikmah pada khalayak ramai, tidak terjadi semudah yang kita bayangkan. Cobalah sesekali flasback apa yang telah mereka lakukan. Mungkin penuh darah luka perjuangan. Apa yang manis dimata anda belum tentu indah ditelinga.
Itulah juga Allah memerintahkan menundukkan pandangan, tidak hanya dari melihat wanita-wanita tapi juga melirik dunia segala isinya. Berhati-hatilah tundukkan pandangan anda pada fatamorgana dunia fana ini. Tapi gunakan juga telinga sesekali melihat apa dibalik semua itu. Bersabarlah dengan fitnah dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar