Sabtu, 03 Maret 2012

TATA KERJA LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA


TATA KERJA
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA
MASA KHIDMAT 1999-2004

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1


Tata Kerja Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama adalah ketentuan tentang aturan kerja dalam pelaksanaan tugas dan wewenang kepengurusan di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama.
Tata Kerja Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan hukum organisasi yang berlaku di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama.

BAB II
KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK
Pasal 2

1.      Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama, selanjutnya disingkat LP Ma’arif NU adalah salah satu departementasi organisasi Nahdlatul Ulama pada setiap jenjang kepengurusan.
2.      LP Ma’arif NU bertugas melaksankan kebijakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bidang pendidikan dan pengajaran, baik formal maupun non-formal, selain pondok pesantren.

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 3

1.  LP Ma’arif NU mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
a.       Pimpinan Pusat, berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia dan merupakan perangkat departementasi organisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
b.      Pimpinan Wilayah, berkedudukan di ibukota propinsi dan merupakan perangkat departementasi oraganisasi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU).
c.       Pimpinan Cabang, berkedudukan di kabupaten atau kota dan merupakan perangkat departementasi organisasi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU).
d.      Pimpinan Majelis Wakil Cabang, berkedudukan di kota kecamatan dan merupakan perangkat departementasi organisasi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU).
2. Pola hubungan organisasi antara Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, serta Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU bersifat koordinatif dan  konsolidatif.
BAB IV
KEPENGURUSAN DAN PENGESAHAN
Pasal 4
Pimpinan Pusat

1.      Penyusunan dan perubahan kepengurusan Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU dilakukan oleh Tim 7 (tujuh) beranggotakan tujuh orang dengan komposisi Rais Aam atau Wakil Rais Aam yang ditugaskan, Katib Aam atau Katib, Ketua Umum atau Ketua, Sekjen atau Wakil Sekjen yang ditugaskan, Ketua Bidang Organisasi, dan dua orang dari unsur Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU yang dipilih melalui Rapat Kerja Nasional LP Ma’arif NU.
2.      Struktur kepengurusan Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU terdiri dari atas:
a.       Penasehat, terdiri dari unsur PBNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang memiliki keahlian, pengalaman, dan kepedulian dalam bidang pendidikan dengan jumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b.      Pimpinan Harian, terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
c.       Bidang-Bidang dan atau Badan yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang Koordinator.
3.      Kepengurusan Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU disusun dan disahkan oleh PBNU.
Pasal 5
Pimpinan Wilayah

1. Penyusunan dan perubahan kepengurusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU dilakukan oleh Tim 5 (lima) beranggotakan lima orang dengan komposisi Rais, Katib, Ketua, Sekretaris dan satu orang dari unsur Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU yang dipilih melalui Rapat Kerja Wilayah LP Ma’arif NU.
2.  Struktur kepengurusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU terdiri atas:
a.       Penasehat, terdiri dari unsur PWNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang memiliki keahlian, pengalaman dan kepedulian di bidang pendidikan dengan jumlah sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
b.      Pimpinan Harian, terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
c.       Bidang-Bidang dan atau Badan yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang Koordinator.
4.      Kepengurusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU disusun dan disahkan oleh  PWNU dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU.
Pasal 6
Pimpinan Cabang

1.      Penyusunan dan perubahan kepengurusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU dilakukan oleh Tim 5 (lima) beranggotakan lima orang dengan komposisi Rais, Katib, Ketua, Sekretaris dan seorang dari unsur Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU yang dipilih melalui Rapat Kerja Cabang LP Ma’arif NU.
2.      Struktur kepengurusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU terdiri atas:
a.       Penasehat, terdiri dari unsur PCNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang memiliki keahlian, pengalaman dan kepedulian di bidang pendidikan dengan jumlah sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
b.      Pimpinan Harian, terdiri atas seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara
c.       Bidang-Bidang dan atau Badan yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang Koordinator.
3. Kepengurusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU disusun dan disahkan oleh PCNU dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU.

Pasal 7
Pimpinan Majelis Wakil Cabang

1.      Penyusunan dan perubahan kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU dilakukan oleh Tim 5 (lima) beranggotakan lima orang dengan komposisi Rais, Katib, Ketua, Sekretaris dan satu orang dari unsur Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU yang dipilih melalui Rapat Kerja Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU.
2.      Struktur kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU terdiri atas:
a.       Penasehat, terdiri dari unsur Pengurus MWCNU yang membawahi bidang pendidikan dan perorangan yang memiliki keahlian, pengalaman dan kepedulian di bidang pendidikan dengan jumlah sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
b.      Pimpinan Harian, terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
c.       Bidang-bidang dan atau Badan yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan dipimpin oleh seorang Koordinator.
3.      Kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU disusun dan disahkan oleh Pengurus MWCNU dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.

BAB V
TUGAS DAN WEWENANG KEPENGURUSAN
Pasal 8
Pimpinan Pusat

Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU memiliki tugas dan wewenang untuk:
  1. Menetapkan kebijakan serta melakukan usaha ke arah tercapainya maksud dan tujuan LP Ma’arif NU sesuai dengan keputusan Rapat Kerja Nasional LP Ma’arif NU.
  2. Melakukan supervisi kepada setiap jenjang kepengurusan dan institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU.
  3. Menetapkan, mengesahkan dan atau menghentikan institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU.
  4. Mengukuhkan kepengurusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU.
  5. Mengatur, mengelola dan memberdayagunakan aset-aset milik LP Ma’arif NU untuk pengembangan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama.
  6. Menetapkan ketentuan administrasi keuangan dan persuratan.
  7. Melakukan konsultasi dan konsolidasi dengan PBNU dalam dalam melaksanakan program LP Ma’arif NU.
  8. Melakukan kerja sama dengan institusi pendidikan dan non-pendidikan lain dalam pengembangan pendidikan di lingkungan LP Ma’arif NU.
  9. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan setahun sekali kepada PBNU.

Pasal 9
Pimpinan Wilayah

Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU memiliki tugas dan wewenang untuk:
  1. Melaksanakan program LP Ma’arif NU di propinsi sesuai dengan kebijakan Pimpinan Pusat serta keputusan Rapat Kerja Wilayah LP Ma’arif NU.
  2. Melakukan supervisi kepada jenjang kepengurusan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Majelis Wakil Cabang yang ada di wilayah dalam pelaksanaan program-program LP Ma’arif NU.
  3. Mengukuhkan Kepengurusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.
  4. Membantu PP LP Ma’arif NU dalam mengelola dan memberdayagunakan aset-aset milik LP Ma’arif NU untuk pengembangan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama.
  5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pimpinan Pusat tentang institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU.
  6. Melakukan konsultasi, koordinasi dan konsolidasi dengan PWNU dalam pelaksanaan program LP Ma’arif NU.
  7. Melakukan kerja sama dengan institusi pendidikan dan non-pendidikan lain dalam pengembangan pendidikan di lingkungan LP Ma’arif NU.
  8. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan setahun sekali kepada Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU dan PWNU.

Pasal 10
Pimpinan Cabang

Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU memiliki tugas dan wewenang untuk:
  1. Melaksanakan program LP Ma’arif NU di kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan Pimpinan Pusat serta keputusan Rapat Kerja Cabang LP Ma’arif NU.
  2. Melakukan supervisi kepada jenjang kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang di daerahnya dalam pelaksanaan program-program LP Ma’arif NU.
  3. Mengkoordinasi, mengelola dan mengembangkan institusi pendidikan LP Ma’arif NU.
  4. Mengukuhkan Kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU.
  5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah tentang institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU.
  6. Melakukan konsultasi, koordinasi dan konsolidasi dengan PCNU dalam pelaksanaan sprogram LP Ma’arif NU.
  7. Melakukan kerja sama dengan institusi pendidikan dan non-pendidikan lain dalam pengembangan pendidikan di lingkungan LP Ma’arif NU.
  8. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan setahun sekali kepada Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU dan PCNU.

 

Pasal 11

Kewajiban Binaan


Institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU berkewajiban:
  1. Mentaati segala peraturan dan keputusan yang berlaku dalam LP Ma’arif NU.
  2. Membayar uang pangkal dan uang binaan.
  3. Memupuk dan memelihara hubungan fungsional antara sesama binaan, badan penyelenggara pendidikan dan institusi pemerintah.

BAB VI
RAPAT-RAPAT
Pasal 12
Jenis Rapat Kerja

LP Ma’arif NU mempunyai bentuk-bentuk permusyawaratan dan rapat-rapat sebagai berikut:
1.      Rapat Kerja, terdiri dari:
a.  Rapat Kerja Nasional, disingkat Rakernas.
b.  Rapat Kerja Wilayah, disingkat Rakerwil.
c.  Rapat Kerja Cabaang, disingkat Rakercab.
d.  Rapat Kerja Majelis Wakil Cabang, disingkat Raker MWC.
2.      Rapat Pengurus
Pasal 13
Rapat Kerja Nasional

1.      Rakernas adalah forum tertinggi dalam LP Ma’arif NU.
2.      Peserta Rakernas terdiri atas Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.
3.      Bila karena situasi dan kondisi ketentuan dalam pasal 13 ayat 2 tidak terpenuhi, Rakernas diselenggarakan dengan peserta yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU. Keputusan-keputusan yang diambil oleh Rekernas sesuai dengan pasal 13 ayat 3 ini adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum.
4.      Rakernas sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separoh lebih satu dari jumlah peserta yang diundang.
5.      Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun untuk:
a.       Mengevaluasi laporan program dan perkembangan LP Ma’arif NU selama lima tahun.
b.      Menetapkan program lima tahunan LP Ma’arif NU.
c.       Menetapkan Tata Kerja LP Ma’arif NU.
d.      Merumuskan langkah-langkah penyelesaian terhadap masalah sosial kemasyarakatan yang terkait dengan dunia pendidikan.
e.       Memilih nama-nama untuk diajukan kepada PBNU sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kepengurusan Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU periode berikutnya.

Pasal 14
Rapat Kerja Wilayah

1.      Rapat Kerja Wilayah merupakan forum tertinggi di tingkat Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU.
2.      Peserta Rapat Kerja Wilayah terdiri atas Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.
3.      Rapat Kerja Wilayah sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separoh lebih satu dari jumlah peserta yang diundang.
4.      Rakerwil diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun untuk:
a.     Mengevaluasi laporan program dan perkembangan LP Ma’arif NU selama lima tahun.
b.    Menetapkan program kerja Wilayah LP Ma’arif NU.
c.     Memilih nama-nama untuk diajukan kepada PWNU sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kepengurusan Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU periode berikutnya.

Pasal 15
Rapat Kerja Cabang

1.      Rapat Kerja Cabang merupakan forum tertinggi di tingkat Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.
2.      Peserta Rapat Kerja Cabang terdiri atas Pimpinan Cabang, utusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang dan utusan institusi pendidikana binaan LP Ma’arif NU yang direkomendasikan oleh Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU.
3.      Rapat Kerja Cabang sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separoh lebih satu dari jumlah peserta yang diundang.
4.      Rakercab diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun untuk:
  1. Menyampaikan laporan kerja Cabang.
  2. Menetapkan program kerja Cabang.
  3. Membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program dan masalah-masalah sosial lain yang terkait dengan pendidikan.
  4. Memilih nama-nama untuk diajukan kepada PCNU sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kepengurusan Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU periode berikutnya.

Pasal 16
Rapat Kerja Majelis Wakil Cabang

1.      Rapat Kerja Majelis Wakil Cabang merupakan forum tertinggi di tingkat Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU.
2.      Peserta Rapat Kerja Majelis Wakil Cabang terdiri atas Pimpinan Majelis Wakil Cabang dan utusan institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU.
3.      Rapat Kerja sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separoh lebih satu dari jumlah peserta yang diundang.
4.      Raker Majelis Wakil Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun untuk:
a.       Menyampaikan laporan kerja Majelis Wakil Cabang.
b.      Menetapkan program kerja Majelis Wakil Cabang.
c.       Membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program dan masalah-masalah sosial lain yang terkait dengan pendidikan.
d.      Memilih nama-nama untuk diajukan kepada Pengurus MWCNU sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kepengurusan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU periode berikutnya.

Pasal 17
Peninjau

Rapat Kerja pada setiap tingkatannya dapat dihadiri peninjau atas undangan Pimpinan pada tingkat bersangkutan.

Pasal 18
Tata Tertib dan Acara

Tata Tertib dan Acara Rapat Kerja disusun oleh Pimpinan pada setiap tingkat bersangkutan dan  disahkan oleh forum Rapat Kerja.

Pasal 19
Penyelenggara Rapat Kerja

Untuk kelancaran penyelenggaraan Rapat Kerja pada setiap tingkatannya, dibentuk panitia yang bertanggung jawab kepada Pimpinan LP Ma’arif NU yang bersangkutan.


Pasal 20
Rapat-Rapat Pimpinan

1.      Rapat Pimpinan meliputi:
a.       Rapat Pleno Pimpinan
b.      Rapat Pimpinan Harian
c.       Rapat Koordinasi
d.      Rapat Khusus
2.      Peserta Rapat Pleno adalah Pimpinan Harian dan Bidang-Bidang pada setiap tingkat kepengurusan untuk membahas masalah-masalah umum dalam pelaksanaan program LP Ma’arif NU pada setiap tingkat kepengurusan.
3.      Peserta Rapat Pimpinan Harian adalah Ketua, Wakil-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-Wakil Bendahara untuk membahas masalah-masalah yang terkait dengan tugas kepengurusan pada setiap tingkatan.
4.      Peserta Rapat Koordinasi adalah Pimpinan Harian, Bidang-Bidang, institusi terkait  dan institusi  pendidikan di dalam dan di luar LP Ma’arif NU.
5.      Peserta Rapat Khusus adalah Ketua, Sekretaris, dan atau Bidang pada setiap tingkat kepengurusan untuk membahas masalah-masalah khusus dalam pelaksanaan program.
6.      Rapat-rapat dapat dihadiri oleh pihak lain atas undangan Pimpinan LP Ma’arif NU pada tingkat yang bersangkutan.
7.      Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua atau yang lainnya dalam kepengurusan yang disepakati forum apabila Ketua/Wakil Ketua berhalangan.

Pasal 21
Pengambilan Keputusan

1.      Setiap peserta rapat mempunyai hak bicara dan hak suara.
2.      Keputusan dalam rapat diambil dengan dasar musyawarah mufakat.
3.      Apabila tidak dapat diambil dengan musyawarah mufakat, keputusan dapat diambil dengan pemungutan suara.

BAB VII
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 22
Jenis Institusi Binaan

1.      Institusi pendidikan yang menjadi binaan LP Ma’arif NU terdiri atas:
a.       Institusi pendidikan yang didirikan oleh LP Ma’arif NU.
b.      Institusi pendidikan yang bernaung di bawah binaan LP Ma’arif NU.
2.      Institusi pendidikan lain pada ayat 1point b yang bernaung di bawah binaan LP Ma’arif NU tidak serta merta mengubah kedudukan badan hukum serta ketentuan yang berlaku di dalamnya.


Pasal 23
Penerimaan Binaan

1.      Permintaan menjadi binaan LP Ma’arif NU disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU oleh badan penyelenggara pendidikan melalui Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU dengan tembusan kepada Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU dengan disertai:
a.       Catatan tentang status, dasar hukum, susunan pengurus serta jumlah, jenis dan tempat penyelenggara pendidikan.
b.      Pernyataan kesanggupan untuk mentaati segala ketentuan yang berlaku di lingkungan LP Ma’arif NU.
2.      Permintaan untuk menjadi binaan dapat ditolak bila asas badan termaksud pada ayat 1 tidak sejalan dengan asas LP Ma’arif NU.

Pasal 24

Pemberhentian Binaan


1.      Institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU berhenti apabila:
a.       Badan penyelenggara pendidikan bubar.
b.      Keluar dari binaan LP Ma’arif NU atas permintaan sendiri.
c.       Dikeluarkan dari binaan LP Ma’arif NU.
2.      Pembubaran dilakukan berdasar pada Tata Kerja LP Ma’arif NU atau peraturan yang berlaku bagi badan penyelenggara pendidikan itu sendiri.
3.      Binaan LP Ma’arif NU dapat dikeluarkan apabila:
a.       Terbukti melakukan kegiatan yang menyimpang dari Tata Kerja LP Ma’arif NU.
b.      Terbukti tidak memenuhi ketentuan yang berlaku dalam LP Ma’arif NU.
4.      Permintaan keluar dari binaan LP Ma’arif NU disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU melalui Pimpinan Cabang LP Ma’arif NU dengan tembusan kepada Pimpinan Wilayah LP Ma’arif NU.
5.      Penetapan pengeluaran dari binaan LP Ma’arif NU dilakukan setelah diadakan konsultasi secukupnya dengan pihak-pihak yang terkait.

Pasal 25

Kewajiban Binaan

Institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU berkewajiban:
1.    Mentaati segala peraturan dan keputusan yang berlaku dalam LP Ma’arif NU.
2.    Membayar uang pangkal dan uang binaan.
3.    Memupuk dan memelihara hubungan fungsional antara sesama binaan, badan penyelenggara pendidikan dan institusi pemerintah.



Pasal 26

Hak-Hak Binaan


Institusi pendidikan binaan LP Ma’arif NU berhak untuk:
  1. Mendapat bimbingan, pembinaan, pelayanan dan pembelaan dalam semua kegiatan LP Ma’arif NU.
  2. Mendapat bantuan sarana pra sarana bagi peningkatan penyelenggaraan pendidikan yang dapat diusahakan oleh LP Ma’arif NU.
  3. Mengikuti musyawarah yang diselenggarakan oleh LP Ma’arif NU atau institusi lain yang berkepentingan dengan LP Ma’arif NU.
  4. Menyampaikan saran dan pendapat kepada LP Ma’arif NU.

BAB VIII
K E K A Y A A N
Pasal 27
Bentuk dan Sumber Kekayaan

1.      Kekayaan LP Ma’arif NU adalah akumulasi aset-aset material yang dimiliki organisasi untuk membiayai setiap kegiatan yang diselenggarakan LP Ma’arif NU.
2.      Kekayaann LP Ma’arif NU berbentuk tanah, sarana fisik, lahan usaha, dana yang terkumpul serta bentuk-bentuk lain yang produktif.
3.      Kekayaan LP Ma’arif NU diperoleh dari sumber yang halal melalui wakaf, hibah, infak, sadaqah, hasil pembelian, sumbangan pemerintah/swasta dan sumbangan institusi binaan LP Ma’arif NU.

Pasal 28
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kekayaan

1.      Mekanisme pengelolaan kekayaan LP Ma’arif NU dilakukan oleh sebuah unit yang dibentuk oleh LP Ma’arif NU pada setiap jenjang kepengurusan. Unit tersebut bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan LP Ma’arif NU dan melaporkan kegiatannya paling sedikit satu kali dalam satu tahun.
2.      Kekayaan LP Ma’arif NU dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama.
3.      Ketentuan tentang perimbangan pemanfaatan kekayaan LP Ma’arif NU diatur oleh Pimpinan Pusat LP Ma’arif NU.

Pasal 29
Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban atas pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan LP Ma’arif NU dilaporkan oleh Pimpinan LP Ma’arif NU kepada Pengurus Nahdlatul Ulama sesuai dengan jenjang kepengurusannya.



BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Penyesuaian Status

Selambat-lambatnya dalam tempo enam tahun sejak ditetapkannya, Tata Kerja baru ini susunan kepengurusan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Majelis Wakil Cabang LP Ma’arif NU harus segera disesuaikan dengan Tata Kerja ini.

BAB X
P E N U T U P

1.      Ketentuan-ketentuan yang isinya bertentangan dengan Tata Kerja ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
2.      Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Kerja LP Ma’arif NU ini akan diatur lebih lanjut oleh Pimpinan Pusat.
3.      Tata Kerja ini mulai berlaku sejak ditetapkan. 1

                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar